Rabu, 06 November 2013

Landasan Pendidikan



⦁    Pengertian dan Landasan Pendidikan
I.1 Pengertian Pendidikan
Secara universal pendidikan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi dewasa. Mampu mengubah keadaan dari tidak tahu menjadi tahu serta dari ketidak bisaan menjadi bisa.
Menurut Undang- Undang
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989
"Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang".
UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Menurut Bahasa (Etimologi)
⦁    Bahasa Yunani
Berasal dari kata pedagogi yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajarkan anak (the art and science of teaching children).
⦁    Bahasa Romawi
Berasal dari kata “enducare”, yaitu mengeluarkan dan menuntut, tindakan merealisasikan potensi anak yang di bawah waktu yang dilahirkan di dunia.
⦁    Bahasa Jerman
Berasal dari kata ”rziehung” yang setara dengan “educare”, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/ potensi anak.
Menurut Kamus dan Ensiklopedia
⦁    Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
⦁    Ensiklopedia Wikipedia
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Menurut Para Ahli Pendidikan
Menurut Ilmu Psikologi   
Dalam ilmu psikologi pendidikan dapat dipefinisikan sebagai segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan masyarakat, dengan hasil mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsenkuensi atau akibat dari pertisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Menurut John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusian.
Menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan berate daya uoaya untuk  menjauhkan budi pengerti (kekuatan batin), pikiran(intelek) dan jasmani anak-anak.
Menurut Langeveld
Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
Menurut Plato (Yunani, 429 SM-346 M)
Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.
I.2 Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat universal dan berlangsung terus menerus tak terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Namun, meskipun pendidikan itu universal akan tetp terjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultur masing-masing wilayah. Dengan kata lain, pendidikan di selenggarakan melandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultur setiap masyarakat,termasuk Indonesia. Kajian landasan filosofis, sosiologis dan kultural akan membekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya. Selain ketiga landasan tersebut, terdapat dua landasan lain yang selalu erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran yakni landasan psikologis yang akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya kemudian landasan IPTEK yang akan membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan IPTEK tersebut.
⦁    Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apa itu pendidikan, mengapa pendidikan itu di perlukan, apa tujuan pendidikan sebenarnya. Landasan filosofis adalah landasan berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat(philosophy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu “philein” berarti mencintai, dan “sophos” atau “sophis” berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-konsepsi fisolofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umunya bersumber dari dua faktor
⦁    Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
⦁    Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaraan
Pendidikan Indonesia sendiri memiliki Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
⦁    Landasan sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga pada makluk lainnya, yakni hewan. Meskipun demikian, pengelomokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan hewan.Pada hewan, hidup berkelompok memiliki ciri- ciri. (Wayan Ardhana, 1968: Modul 1/62). Ciri- ciri hewan tersebut dapat pula ditemukan pada manusia. Kehidupan sosial manusia tersebut dipelajari oleh filsafata, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat sosial sering membedakan manusia sebagai individu dan manusia sebagai anggota masyarakat. Pandangan aliran- aliran filsafat tentang realitas sosial itu berbeda-beda sehingga dapat ditemukan bermacam- macam aliran filsafat sosial. Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kukuh. Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi lahir pertama kali digunakan oleh Augst Comte (1798-1857) pada tahun1839 sosiologi merupak ilmu pengetahuan positif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara individu bahkan antara generasi yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Dan perhatian sosiologi sendiri pada pendidikan semakin intensif. Sehingga melahirkan sosiologi pendidikan yang membahas analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola- pola interaksi sosial dalam sistem pendidikan.
⦁    Landasan Kultural
Yakni dimana kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Dapat pula terkait masalah kejadian dimasa lampau/ sejarah. Indonesia sendiri menjadikan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kulturalnya.
⦁    Landasan Psikologis
Landasan yang memperhatikan kejiwaan peserta didik baik dalam segi intelek, emosi, sosial, moral, fisik,dll sebagai suatu usaha dalam menemukan cara untuk mengembangkan potensi anak sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
⦁    Landasan IPTEK
Lembaga pendidikan utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan IPTEK yang terkait dengan hasil perolehan informasi, maupun cara memperoleh informasi dan cara memanfaatkannya bagi masyarakat sebagai suatu usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.   
⦁    Landasan Yuridis
Landasan yuridis atau landasan hukum yang biasanya disesuaikan dengan peraturan masing- masing Negara. Indonesia memiliki peraturan perundang- undangan diantaranya UU No.20 tahun 2003, UU No.31 ayat 1, PP No.19 tahun 2005.





Daftar Pustaka

Tirtarahardja, Umar. Sulo, La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

Penelitian IPA Alat Ukur

BAB I
Pendahuluan

Judul Percobaan    : Pengukuran
Hari/Tanggal        : Senin, 30 September 2013
Waktu            : 13.00-15.40 WIB

⦁    Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menambah keterampilan dalam mempelajari dan menggunakan beragam alat ukur pada pembelajaran IPA. karena salah satu keterampilan IPA yang dilakukan adalah pengamatan. Kita juga perlu berusaha melakukan pengukuran dalam melakukan pengamatan sehingga tentu kita sangat membutuhkan keterampilan dalam mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur dalam pembelajaran IPA.

⦁    Landasan Teori
Dalam pembelajaran IPA khusunya pada fisika yang merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada percobaan. Semua penemuan dan pengembangan dikerjakan melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan itu sendiri memerlukan proses pengukuran. Terlepas dari hal itu dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menemukan masalah-masalah yang memerlukan proses pengukuran. Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu satuan. Sebelum mengukur sesuatu, pertama-tama kita harus memiliki suatu satuan bagi masing-masing besaran yang akan di ukur.
Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik, seperti panjang, waktu, gaya, energi, dan suhu. Jadi, kemampuan untuk mendefinisikan besaran-besaran tersebut secara tepat dan mengukur secara teliti merupakan suatu syarat dalam fisika. Pengukuran setiap besaran fisik mencakup perbandingan besaran tersebut dengan beberapa nilai satuan besaran tersebut, yang telah didefinisikan secara tepat.

⦁    Alat dan Bahan
⦁    Jangka Sorong         Timbangan Ohaus
⦁    Mikrometer Skrup         Air
⦁    Gelas Ukur         Anak Timbangan Kuningan (sebagai objek)
⦁    Thermometer         Kelereng, Spidol (sebagai objek)

⦁    Cara Kerja
⦁    Jangka Sorong (Tingkat Ketelitian = 0,1mm atau 0,01cm)
Gambar 1.1 Jangka Sorong

Pada gambar 1.1 jangka sorong mengukur ketebalan besi kuningan. Pada rahang tetap terdapat skala utama dalam satuan cm atau mm. Pada rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama. Skala itu disebut skala nonius. Panjang 10 skala nonius adalah 9mm sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9mm. Jadi, selisih antara skala nonius dengan skala utama adalah 0,1mm. Ketika rahang ditutup, panjang benda yang diukur adalah nol. Dalam hal itu angka nol pada skala utama berimpit dengan angka nol pada skala nonius. Jangka sorong mempunyai ketelitian tinggi, artinya mampu mengukur dengan ketelitian tinggi. Ketelitian jangka sorong adalah 0,1mm atau 0,01cm.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan jangka sorong, yaitu
Langkah 1:Periksa kedudukan nol dengan menutup rahang jangka sorong dan melihat posisi angka nol pada skala utama dan skala nonius.
⦁    Jika garis pada angka nol skala utama membentuk garis lurus dengan garis nol skala nonius, tidak ada kesalahan nol.
⦁    Jika garis angka nol skala nonius berada di sebelah kanan angka nol skala utama, kesalahan nol positif.
⦁    Jika garis angka nol skala nonius berada dis sebelah angka nol skala utama, kesalahan nol negatif.
Langkah 2: Rapatkan rahang jangka sorong yang digunakan mengukur objek. Skala dapat dikunci dengan memutar tombol yang ada di atasnya hingga ketat. Hal ini dilakukan untuk mencegah skala berubah-ubah pada saat pembacaan.
Langkah 3: Bacalah angka-angka yang tertera pada skala hasil pengukuran objek secara teliti dan benar.
Gambar 1.2

Berikut contoh perhitungan :
⦁    Angka nol pada skala nonius terletak antara 2,8mm dan 2,9mm
⦁    Garis nonius yang berimpit dengan skala utama adalah garis keenam
⦁    Bacaan jangka sorong adalah 2,8mm + 0,6mm = 3,4 mm
⦁    Mikrometer Sekrup (Tingkat Ketelitian = 0,01mm atau 0,001cm)
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian sangat tinggi, yaitu sampai dengan 0,01mm atau 0,001cm.
Gambar 2.1 Mikrometer Skrup

Menurut sistem kedudukan mikrometer seperti pada gambar diatas jika memutar diputar berlawan arah putaran jarum jam sebesar 360, ujung rahang geser maupun pemutar mundur 0,5mm. skala pada pemutar dibagi 50 bagian sama besar. Jadi, tiap bagian skala ini akan menggeser rahang geser sejauh
  x 1mm= 0,01mm.

Gambar 2.2

Pembacaan skala pada mikrometer diatas sebagai berikut:
⦁    Pada skala utama menunjukkan 5 mm
⦁    Pada skala putar menunjukkan 12 x 0,01mm = 0,12mm
Jadi, hasil pengukuran sebagai beriku:
5mm + 0,12mm = 5,12 mm = 0,512 cm

⦁    Neraca Ohaus
Gambar 3.1


Dalam penggunaannya dalam neraca ohaus harus terlebih dulu menunjukkan angka 0. Setelah benda di letakkan, ketiga penunjuk digerakkan sampai pada posisi seimbang. Neraca Ohaus mempunyai tiga lengan skala, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.2

⦁    Lengan paling belakang memiliki 3 skala 0gr-200gr dengan skala terkecil 100gr.
⦁    Lengan didepannya memiliki skala 0gr-100gr dengan skala terkecil 10gr.
⦁    Lengan paling depan memiliki skala 0gr-1gr, dengan skala terkecil 0,1gr.

⦁    Pengukuran Volume Benda
Gambar 4.1

Pengukuran volume dapat dilakukan dengan cara seperti pada gambar 4.1 dengan langkah: pertama-tama air dimasukan ke dalam gelas ukur kemudian dilihat tinggi air dan diukur suhunya menggunakan thermometer gelas alcohol.

Gambar 4.2 Thermpmeter Alkohol

Kemudian benda dimasukan ke dalam air tersebut. Setelah benda ada didalam air, kemudian air kembali diukur suhunya dan dilihat kenaikan tingginya. Setelah semua data lengkap. Data dihitung dengan rumus Vakhir – Vawal.

⦁    Tabel Pengamatan
⦁    JangkaSorong (TK= 0,1 mm)
No    Bahan    Berat
(gram)    P1    P2    P3
               SU    SN    SU    SN    SU    SN
1    Timbangan kuningan    100    2,8    6    2,8    7    2,8    7
2    Spidol    18,64    1,4    2    1,4    2    1,4    3
3    Timbangan kuningan    63,25    1,9    4    1,9    2    2    6

⦁    MikrometerSkrup (TK = 0,01mm)
No    Bahan    Berat
(gram)    P1    P2    P3
               SU    SN    SU    SN    SU    SN
1    Kelereng     20,03    19    25    18    25    17    25
2    Timbangan kuningan    63,25    19    31    19    29    19    28
3    Timbangan kuningan    20    13    18    12    16    13    17

⦁    Volume Air
No    Bahan    Berat
(gram)    Suhu
    V awal
(ml)    V akhir
(ml)    Hasil
Vakhir-Vawal
1    Timbangan kuningan    63,25    27°    150    158    158-150= 8ml
2    Timbangan kuningan    100    28°    150    160    160-150= 10ml
3    Timbangan kuningan    20    27°    150    154    154-150= 4ml

⦁    Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan sebanyak 3 kali pada setiap objek. Mayoritas data yang dihasilkan memiliki nilai yang tidak jauh beda dan tak jarang menghasilkan hasil pengukuran yang sama. Pada pengukuran menggunakan jangka sorong pada P1,P2,P3 hampir ketiganya menghasilkan angka yang sama kecuali skala nonius pada P1 ; pada objek kedua terjadi perbedaan skala nonius pada P3 ; dan pada objek ketiga menghasilkan skala nonius yang berbeda-beda pada setiap percobaan. Kemudian pada mikrometer skrup objek pertama menghasilkan data skala utama yang sama namun data skala nonius yang berbeda-beda, sedangkan pada objek kedua justru sebaliknya, mikrometer skrup menghasilkan data skala nonius yang sama namun data skala utamanya berbeda dengan selisih yang tidak terlalu jauh. Dan pada objek ketiga data yang dihasilkan hampir tidak ada yang sama, namun selisihnya pun tidak terlampau jauh. Sedangkan pada proses pengukuran pada volume benda menggunakan air dan gelas ukur. Percobaan tersebut lebih jauh sedikit kemungkinan untuk mengalami kesalahan, karena gelas ukur memiliki skala yang lebih lengkap dan teliti dengan adanya skala mili liter yang dimulai dari angka kecil dan mempunyai rentang 2ml.

⦁    Perhitungan/ Essay
⦁    Jangka Sorong (TK= 0,1 mm atau 0,01cm)
Rumus Umum Su + (Sn x TK)


⦁    Timbangan kuningan (100gram)
P1    = 2,8 + (6 x 0,1) = 2,8 + 0,6 = 3,4mm
P2    = 2,8 + (7 x 0,1) = 2,8 + 0,7 = 3,5mm
P3    = 2,8 + (7 x 0,1) = 2,8 + 0,7 = 3,5mm
⦁    Spidol (18,64gram)
P1    = 1,4 + (2 x 0,1) = 1,4 + 0,2 = 1,6mm
P2     = 1,4 + (2 x 0,1) = 1,4 + 0,2 = 1,6mm
P3    = 1,4 + (3 x 0,1) = 1,4 + 0,3 = 1,7mm
⦁    Timbangan kuningan (63,25gram)
P1    = 1,9 + (4 x 0,1) = 1,9 + 0,4 = 2,3mm
P2    = 1,9 + (2 x 0,1) = 1,9 + 0,2 = 2,1mm
P3    = 2 + (6 x 0,1)    = 2 + 0,6    = 2,6mm



⦁    Mikrometer Skrup (TK = 0,01mm atau 0,001cm)
Rumus Umum Su + (Sn x TK)


⦁    Kelereng (20,03gram)
P1    = 19 + (25 x 0,01) = 19 + 0,25 = 19,25mm
P2    = 18 + (25 x 0,01) = 18 + 0,25 = 18,25mm
P3    = 17 + (25 x 0,01) = 17 + 0,25 = 17,25mm
⦁    Timbangan kuningan (63,25gram)
P1    = 19 + (31 x 0,01) = 19 + 0,31 = 19,31mm
P2    = 19 + (29 x 0,01) = 19 + 0,29 = 19,29mm
P3    = 19 + (28 x 0,01) = 19 + 0,28 = 19,28mm
⦁    Timbangan kuningan (20gram)
P1    = 13 + (18 x 0,01) = 13 + 0,18 = 13,18mm
P2    = 12 + (16 x 0,01) = 12 + 0,16 = 12,16mm
P3    = 13 + (17 x 0,01) = 13 + 0,17 = 13,17mm

⦁    Volume Air
Rumus Umum : Volumeakhir – Volumeawal  atau Vakhir - Vawal

⦁    Timbangan Kuningan (63,25gr)    = 158-150= 8ml
⦁    Timbangan Kuningan (100gr)    = 160-150= 10ml
⦁    Timbangan Kuningan (20gr)    = 154-150= 4ml










BAB II
PEMBAHASAN

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan besaran untuk mendapatkan satuan yang dibutuhkan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat ukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang buruk dalam suatu pengukuran, salah satunya ialah kesalahan pada pembacaan suatu pengukuran. Dalam percobaan ini pengukuran dilakukan dengan beberapa orang yang berbeda dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan kata lain penukran tergolong pengukuran berulang bukan pengukuran tunggal karena lebih dari 1 kali.
Ketidak pastian pada pengukuran ada 3 jenis, diantaranya:
⦁    Ketidak pastian mutlak, yaitu ketidak pastian yang berhubungan dengan ketepatan pengukuran bahwa makin kecil ketidak pastian mutlak maka makin tepat pengukuran tersebut.
⦁    Ketidak pastian relatif, ketidak pastian yang berhubungan dengan ketelitian pengukuran yaitu makin kecil ketidak pastian relative maka makin tinggi ketelitian pengukurannya.
⦁    Ketidak pastian pengukuran pada hasil percobaan disebabkan adanya kesalahan dalam pengukuran
Alat ukur juga memiliki criteria kemampuan yang diantaranya:
⦁    Ketelitian (accuracy): kemampuan untuk memberikan hasil ukur mendekati hasil sebenarnya.
⦁    Ketepatan (Presisi): kemampuan untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
⦁    Sensitivitas: tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaran yang akan diukur.
⦁    Kesalahan( (error): penyimpangan hasil ukur terhadap nilai sebenarnya.





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan   
Dari praktikum yang telah dilakukan pada pertemuan pertama matakuliah praktikum IPA di SD maka dapat ditarik kesimpulan bahwa mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan atau objek secara kuantitatif. Yang tentunya akan sangat diperlukan dalam melakukan percobaan dalam menemukan data-data tertentu. Pengukuran harus dilakukan dengan kecermatan yang tinggi dan dilakukan dengan alat yang sesuai agar hasil pengukuran meminimalisir terjadinya kesalahan. Hasil Pengukuran harus dituangkan dalam bentuk tabel dengan baik agar tidak perlu dilakukan pengukuran ulang yang mengaibatkan lamanya proses perhitungan data kembali.

3.2 Saran
⦁    Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk memperhatikan intruksi cara memakai alat-alat pengukuran.
⦁    Lakukan pengukuran lebih dari sekali, misalnya sebanyak 3 kali atau lebih agar mendapat hasil maksimal.
⦁    Tulis hasil pengukuran secara teliti.
⦁    Menggunakan alat bantu kalkulator untuh menlakukan perhitungan hasil penelitian agar hasil perhitungan lebih tepat.
⦁    Pada pengukuran lebar dianjurkan untuk menggunakan mikrometer skrup dari pada menggunakan jangka sorong, karena ketelitian mikrometer sekrup lebih baik dibandingkan jangka sorong, yaitu 0,01mm. Jika digunakan untuk mengukur tebal benda dengan maksimal 2,5 cm, maka mikrometer sekruplah yang digunakan, sedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang atau lebar suatu bahan dengan ketelitian 0,05mm.




Urgensi atau Pentingnya Wawasan dalam Perspektif Global

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Globalisasi adalah peluang, apabila peluang tersebut tidak kita manfaatkan maka selamanya kita akan terus ketinggalan. Agar tidak ketinggalan dalam mengikuti arus globalisasi ini maka kita bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri. Kita takut menghadapi masa depan karena kita belum siap untuk menghadapi masa depan tersebut. Begitu pula halnya dengan globalisasi tanpa adanya persiapan yang kuat maka globalisasi akan menjadi sesuatu yang menakutkan. Dan salah satu cara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi tersebut adalah dengan cara meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan kita. Meningkatkan dan memperluas wawasan global merupakan unsure penting untuk memahami masalah global, sehingga kita juga akan memahami betul materi pada mata kuliah perspektif global. Cara untuk memperluas wawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan cara yang paling efektif yaitu melalui pendidikan. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik.

Tujuan
Nilai budaya yang merupakan identitas budaya harus kita pertahankan, tetapi ada nilai yang perlu diubah atau disesuaikan dengan perkembangan. Untuk itu kita perlu memperluas wawasan agar dapat mampu melakukan penyesuaian nilai-nilai budaya tersebut terhadap perkembangan keadaan dunia ini. Pendidikan harus mampu membuka wawasan peserta didik serta memberi bekal dalam mengembangkan nilai-nilai budaya serta mempertahankan nilai-nilai yang memang perlu untuk dipertahankan.


BAB II
PEMBAHASAN

Perspektif Global
Perspektif mengandung arti sebagai suatu pendekatan, wawasan dan pandangan ke depan. setiap orang cenderung mempunyai lebih dari satu perspektif, ada perspektif yang terbentuk dari kecil dan tidak mudah berubah. Namun ada juga perspektif yang akhirnya berubah, karena dipengaruhi oleh komunikasi yang kita lakukan dengan orang-orang di sekitar kita. Inilah, seperti apa yang dikatakan oleh Deddy Mulyana dalam bukunya, Metode Penelitian Kualitatif, bahwa perspektif muncul lewat komunikasi yang intens dengan sesama anggota kelompok manusia. Sedangkan kata global mengandung arti mendunia, universal atau keseluruhan. Sehingga persfektif global merupakan suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu hal, masalah, kejadian, kegiatan dari sudut kepentingan keseluruhan/ global. Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia. Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, dsb. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan para anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang bisa memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan di dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan pengelolaan pendidikan Indonesia yang berwawasan global.
Wawasan
Secara harfiah kata wawasan mengandung arti pandangan, penglihatan, tinjauan atau tanggapan inderawi. Secara lebih luas dapat diartikan suatu pandangan atau sikap mendalam terhadap hakikat. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara lihat, cara tinjau atau cara tanggap inderawi. Meningkatkan dan memperluas wawasan global merupakan unsur penting untuk memahami masalah global. Menurut Makagiansar (Mimbar Pendidikan, 1989) agar kita dapat meningkatkan wawasan global ini, maka pendidikan memegang peranan penting. Melalui pendidikan maka seseorang harus mampu mengembangkan 4 hal berikut:
Kemampuan mengantisipasi (anticipate), artinya pendidikan berusaha menyiapkan anak didik untuk dapat mengantisipasi perkembangan IPTEK yang begitu cepat.
Mengerti dan mengatasi situasi (cope), artinya dapat mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik untuk menangani dan berhadapan dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta keinginan untuk mengatasi masalah merupakan faktor yang harus dikembangkan pada diri anak.
Mengakomodasi (acomodate), artinya dapat mengakomodasi perkembanagn IPTEK yang pesat dan segala perubahan yang ditimbulkannya. Dalam mengatasi (cope) dan mengakomodasi (acomodate) perlu dikembangkan sikap bahwa anak didik tidak larut oleh perubahan, tetapi ia harus mampu mengikuti dan mengendalikan perubahan agar tumbuh menjadi suatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan.
Mereoriantasi (reorient), artinya persepsi dan wawasan kita tentang dunia perlu diorientasikan kembali karena perkembanagn IPTEK dan perubahan sosial yang cepat. Melalui pendidikan kita memperluas persepsi anak. Kita mendidik untuk dapat mengadakan reorientasi sikap dan nilai, sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.
Pendidikan harus berorientasi ke depan dan membuka wawasan global. Untuk mempertahankan identitas nasional, kita memiliki Pancasila dan UUD 1945. Menurut UUD 1945, budaya nasional berakar dan berkembang dari budaya daerah. Kebijakan pemerintah juga memberikan peluang bagi perkembangan budaya daerah. Kalau kita ada pada jalur globalisasi, maka kita tidak lantas kehilangan budaya daerah.
Pentingnya Wawasan dalam Perspektif Global
Kecenderungan bidang yang ikut dalam arus gelombang globalisasi adalah pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi dalam pendidikan adalah ”identitas bangsa”. Bentuk dan struktur pendidikan di negara kita dikhawatirkan kurang mampu menjawab tantangan globalisasi. Sebagaimana dampak radio, televisi, parabola, dan sebagainya masuk ke rumah-rumah. Dengan pendidikan yang bertugas memberikan landasan yang kuat sejak SD, termasuk mutunya. HAR Tilaar (1988) mengemukakan pendapat tentang kondisi yang menceluskan konsep-konsep inovasi yang dapat meningkatkan wawasan tentang masalah global dan globalisasi, seperti berikut:
Di dalam era globalisasi kita berada dalam suatu masyarakat yang kompetitif, artinya pribadi dan masyarakat berada pada kondisi untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan berkualitas.
Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi baik di dalam jasa, barang, maupun investasi modal (kualitas di atas kuantitas).
Era globalisasi merupakan era informasi dengan sarananya yang dikenal sebagai superhighway. Oleh sebab itu, pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu kebutuhan masyarakat modern dan dengan demikian perlu dikuasai anggota masyarakat.
Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih. Oleh karena itu, penguasaan terhadap sarana komunikasi seperti bahasa merupakan syarat mutlak.
Era globalisasi ditandai oleh maraknya kehidupan bisnis. Oleh karena itu, kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan masyarakat masa depan.
Era globalisasi merupakan era teknologi. Oleh karena itu, masyarakatnya harus ”melek digital”.
Institusi-institusi pendidikan seperti sekolah baik yang ada di negara nerkembang maupun negara maju berperan penting di dalam membentuk dan mengembangkan individu maupun masyarakat agar mempunyai tingkah laku yang baik dan menjadi warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya. National Council for the Social Studies pada tahun 1982 (Merryfield, 1991) menunjukkan arti pentingnya perspektif global untuk diajarkan di sekolah-sekolah, antara lain:
Sekarang ini kita hidup dalam masa terjadinya peningkatan globalisasi yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas dalam negaranya saja), multikultural (dalam berbagai macam budaya), dan cross-cultural (berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya).
Aktor-aktor yang berinteraksi dalam tingkatan dunia tidak hanya terbatas pada negara/bangsa saja namun juga melibatkan perseorangan, kelompok-kelompok lokal, organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi dan ilmu, kelompok-kelompok perdagangan MNCs (perusahaan-perusahaan multinasional), serta organisasi-organisasi regional. Mereka ini semakin aktif berinteraksi dan mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa lokal maupun global.
Kehidupan umat manusia tergantung pada satu lingkungan fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber alam. Ekosistem dunia ini akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh umat manusia.
Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan manusia di bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, dan ekologi pada masa kini dengan masa depan umat manusia yang hidup di bumi ini beserta lingkungannya fisiknya di masa yang akan datang.
Terjadinya globalisasi yang melibatkan hampir seluruh umat manusia ini menyebabkan masing-masing individu dan seluruh masyarakat berkesempatan dan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam meningkatkan lingkungan fisik maupun sosial. Dampak globalisasi terhadap pendidikan berkenaan dengan bagaiman peranan pendidikan dalam kerangka globalisasi. Dikaitkan dengan peranan IPTEK yang dampaknya begitu kuat terhadap globalisasi, maka pelajaran matematika memegang peranan yang sangat penting. Melalui matematika, siswa dilatih untuk berpikit kritis dan analitis. Kita bisa memanfaatkan gelombang globalisasi untuk mendorong proses pembangunan nasional. Ini berarti dibutuhkan kemampuan untuk menjinakkan gelombang globalisasi. Kepandaian untuk menjinakkan itu karena kita memiliki akal atau kemampuan intelektual, sehingga kita tidak akan mengekor, tetapi tumbuh berkembang dengan jati diri yang kuat yang berakar pada nasionalisme yang kokoh. Oleh karena itu, sangat penting menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau dapat diartikan kita harus mampu memperluas wawasan kita dalam bidang teknologi maupun pengetahuan lain.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam globalisasi, kita tidak bisa memungkiri bahwa kemajuan yang dicapai oleh negara kita juga merupakan hasil dari proses pendidikan. Menurut Makagiansar, bahwa peran pendidikan dalam meningkatkan wawasan global warga negara Indonesia adalah harus mampu mengembangkan 4 hal, yaitu kemampuan mengantisipasi, mengenali dan mengatasi masalah, mengakomodasi perkembangan IPTEK, dan mereorientasikan sikap, nilai, dan wawasan. Dan dengan adanya perkembangan serta perluasan wawasan itu dapat mendukung kita dalam menghadapi globalisasi, kita tidak perlu lagi cemas akan masa depan jika kita telah mampu mempersiapkan segalanya sekarang melalui pemberian pendidikan-pendidikan yang memiliki sifat pandang jauh kedepan dengan wawasan yang luas.
Saran
Sebagai bangsa yang memiliki keberagaman budaya, diharapkan kita tidak sampai kehilangan identitas sendiri karena pengaruh dari globalisasi. Kita harus lebih pintar memilih mempelajari lebih jauh mengenai budaya kita. Agar kita kelak dapat bersifat lebih bijak dalam memilih mana nilai-nilai budaya yang harus dihilangkan atau dihapuskan serta mana nilai-nilai budaya yang harus dipertahankan, dijaga keorsinilannya. Sesuai dengan sajak dari Mahatma Gandhi, baris terakhir dari sajaknya adalah ”tetapi jangan sampai merobohkan fundamen rumahku”.

Kamis, 17 Oktober 2013

Remaja Di Era Globalisasi



Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi adalah penyebaran unsur-unsur baru yang menembus dimensi waktu maupun tempat dengan melalui berbagai cara dengan kata lain globalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan zaman. Globalisasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Dengan hadirnya unsur-unsur baru tersebut tentu memungkinkan memberikan pengaruh bagi negara-negara yang melaksanakan proses globalisasi tersebut pengaruh yang diberikn sendiri meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. 
Dalam arikel ini kita akan membahas secara lebih spesifik mengenai pengaruh globalisasi. Kita akan membahas mengenai pengaruh globlisasi terhadap remaja khususnya remaja Indonesia. Tak dapat dipungkiri kita telah banyak menyaksikan beragam tingkah remaja di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh budaya asing yang telah masuk ke Indonesia contohnya saja pada anak usia SD sudah banyak yang membawa telepom genggam bahkan computer tablet sebagai alat permainannya sedangkan pada usia yang identik dengan istilah ABG (Anak Baru Gede) pengaruh globalisasi dapat terlihat dari gaya busana yang nampak mendominasi adalah budaya barat.
Dari satu sisi hal tersebut merupakan suatu kemajuan bagi anak agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman namun, jika minimnya selektifitas dari orang tua dalam mengawasi atau mengontrol hal-hal yang terjadi pada anak tersebut tentu kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh negatif yang tidak dapat dielakan. Maka sebagai orang tua perlu memiliki sensitivitas tinggi dalam perkembangan anaknya terutama pada situasi globalisasi yang tanpa batas seperti sekarang. Sesuai dengan satu pribahasa lebih baik mencegah daripada mengobati. Sebelum anak-anak melampaui batas pergaulan maka sebagai orang tua telah lebih dulu mampu memberikan pagar atau batasan-batasan bagi anak agar terhindar dari hal-hal yang bersifat negatif. Semoga bermanfaat J J J

Selasa, 15 Mei 2012

Budaya dan Pendidikan


I Love Indonesia
 Mengapa budaya indonesia dan pendidikan Indonesia sangat penting untuk diintegrasikan?

Sebab kebudayaan merupakan akar dari sebuah konstruksi sosial yang bisa mempengaruhi masyarakat untuk lebih maju melalui pendidikan. Namun, kondisi pendidikan saat ini tidak cukup kuat untuk berperan dalam sebuah konstruksi sosial sebab hanya menekankan pada konsep the culture of survival yang belum mengarah pada konsep the culture of liberation. 

Apakah makna dari the culture of liberation

Pendidikan yang ditujukan untuk memerdekakan dan membudayakan masalah budaya. Kenyataan yang ada pada pendidikan saat ini adalah penekanan pada satu aspek kognitif akademik yang terlihat pada UAN dan Olimpiade yang belum tentu memberikan dampak positif pada tiap siswa yang memiliki jenis kecerdasan yang berbeda-beda.

Pada dasarnya, pendidikan adalah upaya untuk memajukan pergeseran budaya dan kebudayaan masyarakat sekaligus meningkatkan tingkat peradaban. Seharusnya pendidikan juga mencakup lingkup kehidupan masyarakat dan kebudayaan dan tidak terbatas pada lingkup kelas yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Menyikapi keanekaragaman budaya, suku dan ras, sangatlah penting untuk melibatkan pendidikan kewarganegaraan dalam memajukan kualitas berbangsa. Materi ini mencakup pluralism yang mana menghargai perbedaan, pelaksanaan belajar dengan teknik kolaboratif dan kekreatifitasan. Pendidikan kewarganegaraan tersebut memang ditujukan untuk mengajarkan generasi muda akan pentingnya nilai kewarganegaraaan dalam rangka menyebutkan identitas nasional.

Difraksi Bunyi

Difraksi adalah Pembelokan berkas yang hingga batas tertentu selalu terjadi ketika sebagian muka gelombang dibatasi. (Tipler, 1998 : 533). Difraksi dialami oleh setiap gelombang baik gelombang mekanik (misalnya gelombang air,gelombang bunyi) maupun gelombang elektromagnetik (misalnya gelombang cahaya).

Peristiwa difraksi pada bunyi lebih nyata dari cahaya oleh karena panjang gelombang bunyi audio lebih besar/panjang dari pada cahaya tampak. Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyidibelokkan atau dihamburkan sekeliling penghalang, seperti sudut, kolom, tembok dan balok. Pembelokan gelombang bunyi sampai batas tertentu terjadi ketikasebagian muka gelombang dibatasi.

Difraksi lebih nyata pada frekuensi rendah disbanding frekuensi tinggi, karena panjang gelombang bunyi yang dapat didengar terentang dari beberapa sentimeter sampai beberapa meter dan sering kali cukup besar dibandingkan dengan lubang atau perintang, maka pembelokan gelombang bunyi di sekitar suatu pojokan merupakan suatu fenomena biasa. (Leslie L. Doelle.1985:28)

Minggu, 06 Mei 2012

Nyanyian Jangkrik Bersyair Kesepian


tak ada apa-apa malam ini.
masih seperti biasa,

bintang berdamping bulan,
langit masih saling menatap dengan bumi,
angin sibuk menggoda pepohonan,
dan dingin masih menjadi tamu istimewah sang malam..

tak ada apa- apa malam ini..
masih seperti biasa,

Jangkrik bernyanyi,
bernyanyi dengan syair- syair kesepian..

uh, kasian jangkrik
masih kesepian tak berkawan..

oh .. jangkrik
mari ku peluk malam ini,
karna aku pun sama..

malam ini, kita berkawan

menyatu dalam sepi